DCF 2018, 11 Derajat, 11 Anak Gimbal, 11 Permintaan.
.

Sebelas anak gimbal diar...

DCF 2018, 11 Derajat, 11 Anak Gimbal, 11 Permintaan. . Sebelas anak gimbal diar…

DCF 2018, 11 Derajat, 11 Anak Gimbal, 11 Permintaan.

DCF 2018 adalah acara Dieng Culture Festival yang diadakan pada tahun 2018 dengan melibatkan 11 anak gimbal. Sebelas anak tersebut disini adalah anak-anak yang memiliki rambut gimbal. Mereka diarak ke panggung utama DCF 2018 yang berlokasi di pelataran kompleks Candi Arjuna, Banjarnegara. Acara ini berlangsung pada hari Minggu, 5 Agustus dengan suhu udara yang mencapai 11 derajat Celsius.

Prosesi pemotongan rambut anak gimbal adalah sebuah ritual yang biasa dilakukan. Masyarakat setempat melakukan upacara dan adat tertentu dalam prosesi ini. Anak-anak gimbal ini konon diyakini sebagai titisan Kyai Kolo Dete, leluhur Dieng yang hidup sejak abad ke-14. Rambut mereka diyakini dapat berubah menjadi gimbal jika dianggap ‘terpilih’.

Dalam acara DCF 2018 ini, setiap anak gimbal memberikan permintaan atau harapan yang mereka inginkan. Ini adalah bagian dari tradisi yang dilakukan dalam rangka penguatan ikatan spiritual antara anak-anak gimbal dengan Kyai Kolo Dete. Berikut adalah permintaan dari masing-masing anak gimbal:

1. Zalia Kiranya Zalia Widardo, 4 tahun, ingin mendapatkan es krim rasa cokelat.
2. Laela Handayani, 6 tahun, dari Cikampek, Jawa Barat, meminta gadget bermainan dengan gambar Apel.
3. Nadhira Thafana Pramarsetyo, 4 tahun, meminta ikan lele satu ekor.
4. Aulia Malihatunisa, 7 tahun, menginginkan ponsel, sepeda, boneka, dan baju muslim.
5. Fitria Nur Rahmadzani, 8 tahun, meminta sepeda, bakso, wortel, burung kenari, ayam, dan tempe gembus.
6. Mysha Kirana Saputra, 5 tahun, menginginkan tiga ekor Entok dan sepatu roda.
7. Salwa Khoirun Nisa, 7 tahun, meminta kerupuk rambak dan permen Yupi masing-masing dua bungkus.
8. Nibaul Khasanah, 6 tahun, meminta sepeda warna merah jambu dan sepatu sekolah lengkap dengan kaus kaki.
9. Elsa Fitriani, 9 tahun, ingin mendapatkan roti Regal bermerek Mari sebanyak dua bungkus besar dan kambing jantan.
10. Nurlela Herawati, 12 tahun, menginginkan kue bolu Black Forest.
11. Puput Cahyaningsih, 7 tahun, menginginkan ponsel dan mercon.

BACA JUGA :  Berlibur ke Sukabumi? Jangan Lewatkan Keindahan Curug Cigangsa yang Memukau!

Semua permintaan ini adalah bagian dari adat dan tradisi yang menguatkan dan menjaga ikatan spiritual dengan Kyai Kolo Dete. Anak-anak gimbal merupakan simbol kehadiran Kyai Kolo Dete dalam budaya Dieng.

FAQ:

1. Apa itu DCF 2018?
DCF 2018 adalah singkatan dari Dieng Culture Festival 2018, sebuah acara festival budaya yang diadakan di kompleks Candi Arjuna, Banjarnegara.

2. Apa yang dimaksud dengan anak gimbal?
Anak gimbal adalah anak yang memiliki rambut yang menggumpal dan tidak terurus. Dalam budaya Dieng, anak gimbal diyakini sebagai titisan Kyai Kolo Dete.

3. Apa hubungan antara anak gimbal dan Kyai Kolo Dete?
Anak gimbal diyakini sebagai titisan atau pewaris spiritual dari Kyai Kolo Dete, leluhur Dieng yang hidup sejak abad ke-14.

4. Apa yang terjadi dalam prosesi pemotongan rambut anak gimbal?
Prosesi pemotongan rambut anak gimbal merupakan ritual rutin yang dilakukan dalam budaya Dieng. Masyarakat setempat melakukan upacara dan adat tertentu dalam prosesi ini.

5. Apa saja permintaan yang diajukan oleh anak gimbal dalam acara DCF 2018?
Anak gimbal mengajukan berbagai macam permintaan, seperti es krim, gadget, ikan lele, ponsel, sepeda, boneka, baju muslim, sepatu roda, kerupuk rambak, permen Yupi, sepatu sekolah, roti Regal, kambing jantan, kue bolu Black Forest, dan mercon.

Kesimpulan:

DCF 2018 adalah acara Dieng Culture Festival yang melibatkan 11 anak gimbal. Setiap anak gimbal memberikan permintaan atau harapan yang mereka inginkan. Ini adalah bagian dari tradisi dan upacara yang dilakukan dalam rangka menjaga ikatan spiritual dengan Kyai Kolo Dete. Rambut anak-anak gimbal diyakini dapat berubah menjadi gimbal jika dianggap ‘terpilih’. Dalam acara DCF 2018 ini, anak-anak gimbal mengajukan berbagai macam permintaan seperti makanan, mainan, dan barang-barang lainnya. Semua permintaan ini adalah bagian dari adat dan tradisi dalam budaya Dieng yang memiliki nilai spiritual dan makna yang dalam.

BACA JUGA :  Pulau Breuh: Wisata Sejarah ke Ujung Barat Indonesia!