Hujan rintik-rintik mulai turun menjelang dini hari, suasana riuh tawa canda di angkringan Nganggo Suwe masih terasa. Angkringan ini merupakan salah satu angkringan legendaris yang terletak di Jalan Pramuka, Jogja, maklum saja hingga dini hari masih banyak lalu lalang pengunjung yang keluar masuk menikmati menu makanan khas, seperti sego kucing, tahu bacem, mendoan serta minuman hangat di angkringan satu ini.
Lewat tengah malam, tepatnya minggu dinihari. Sebelum seruputan susu jahe terakhir, saya bergegas merapikan ransel dengan segala alat perang tuk jalan-jalan yang telah disiapkan selepas magrib tadi. Yeah, Jawa Timur menjadi destinasi selanjutnya, tepatnya Kota Tulungagung dan Kediri. Perjalanan kali ini saya tempuh dengan menggunakan transportasi bus dari Jogja, dan rencana awal trip kali ini kelar dalam sehari.
Gerbang awal yaitu terminal Giwangan, Jogja. Setelah parkir inap sepeda motor untuk dua hari, saya bergegas memasuki area keberangkatan bus malam tujuan Jawa Timur. Mayoritas bus malam menuju Jawa Timur di Giwangan menuju Surabaya, baik kelas ekonomi dan eksekutif. Tak usah khawatir, bus malam tujuan Surabaya banyak tersedia dengan berbagai pilihan operator bus. Kamu tak bakal menunggu lama untuk mendapatkan bus meskipun sudah lewat tengah malam.
Daftar Isi
Pesona Wisata Kota Kediri Dan Tulungagung
Setelah menaiki bus kelas ekonomi, jam sudah menunjukkan jam 1 dini hari. Perjalanan menuju Braan, Nganjuk memakan waktu sekitar 4-5 jam perjalanan, tergantung kondisi jalan raya. Cukup mengeluarkan kocek Rp. 35 ribu saja, dan heningnya pagi buta membuat saya terlelap dalam iringan musik jazz cah ayu asal Kota Bandung, Yura Yunita.
Kurang lebih selama 4,5 jam perjalanan, kondektur mulai meneriakkan nama Braan. Lokasi ini bukan sebuah kota, melainkan sebuah simpang tiga yang ramai dengan bus antar kota yang berasal dari Jogja, Surabaya dan Kediri. Seperti saran dari seorang teman yang berasal dari Tulungagung, perhentian pertama menuju kotanya adalah di Braan, Nganjuk.
Meskipun mata masih terasa berat, kumandang adzan Subuh menandai kedatangan saya di Braan. Memang tempat ini hanya sebuah lokasi pemberhentian untuk berpindah bus, namun ramainya tempat ini serasa terminal. Fasilitas umum sangat mudah dijumpai di sini, kamar mandi, hingga warung makan dan tempat oleh-oleh menjadi pemandangan yang cukup gampang ditemui.
Selepas beristirahat, ngopi pagi dan menyantap beberapa gorengan. Saya memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke Kota Tulungagung, kurang lebih selama 2 jam perjalanan dengan ongkos hanya Rp. 12 ribu, murah banget kan. Cukup dengan Rp. 47 ribu dari Kota Jogja, kamu sudah bisa menjejakkan kaki di Kota Tulungagung yang terkenal sebagai salah satu kota penghasil marmer terbesar di Indonesia.
1. Menikmati Ramainya Alun-Alun Kota Tulungagung
Akses transportasi yang saya pilih di Kota Tulungagung yaitu dengan Ojek, cukup membayar Rp. 15 ribu dari Terminal menuju Area Kota, yaitu alun-alun. Langit biru yang begitu cerah pagi itu menambah syahdunya anak-anak bermain di bawah rindangnya pepohonan, ramainya Alun-Alun di hari senin itu karena bertepatan dengan hari libur nasional.
Lingkungannya yang bersih dan pepohoan yang rindang tentu membuat betah para pengunjung di Alun-Alun ini yang tampak selalu ramai, baik oleh masyarakat lokal hingga para traveler yang sedang berkunjung ke Tuluangagung.
2. Masjid Agung Tulungagung
Melirik sebelah Barat Alun-Alun Kota, kamu bisa menikmati arsitektur Masjid Agung yang megah ini, dengan alas marmer dan juga luasnya serambi masjid yang tetap adem meskipun cuaca panas. Kamu bisa melakukan ibadah salat bagi yang muslim dan sejenak bersantai di serambi masjid yang sangat megah ini
3. Potret stasiun Tulungagung
Stasiun ini sangat epic untuk dipotret, bangunan lawas dan senja sore hari menambah syahdu panorama stasiun, terutama saat kedatangan rangkaian gerbong kereta api. Di sini pula, rangkaian kereta api itu berangkat mengantar kaki ini menuju Kota Kediri dengan ongkos Rp. 10 ribu menggunakan KA Lokal.
4. Jalan Dhoho Kediri
Setelah bernegoisasi dengan seorang tukang ojek di Stasiun Kediri, kocek Rp. 60 ribu menjadi harga yang disepakati untuk jasa mengantar berkeliling di Kota yang terkenal dengan Pecel Tumpang Pincuk-nya. Rute pertama adalah menikmati Jalan Dhoho yang terkenal dengan pusat kuliner, dan jalan ini begitu legendaris layaknya dago di Bandung. Memang, terlihat di sepanjang jalan ini begitu ramai menambah asyiknya menikmati gemerlap malam di Kota Kediri.
5. Monumen Simpang Lima Gumul (SLG)
Destinasi ini menjadi lokasi terakhir perjalanan sehari yang telah direncanakan sebelumnya, jaraknya lumayan jauh dari Kota Kediri. Sekitar 6 Km dari kota atau 15 menit berkendara dengan menggunakan sepeda motor, SLG masuk area Kabupaten Kediri dengan rute jalan menuju arah Pare. Perjalanan saya terasa lengkap dan sempurna setelah dari kejauhan tampak megah Monumen Simpang Lima Gumul yang kata sebagian orang mirip Arc de Triomphe, Paris.
Megah dan mewah, riuh wisatawan lokal hingga luar kota tumpah ruah di monumen ini. Terdapat juga lorong bawah tanah modern yang menghubungkan tempat parkir di seberang jalan dengan area monumen. Butuh waktu yang lumayan lama untuk sekadar mengabadikan lokasi ini, butuh ekstra usaha untuk mengabadikan area yang luas dan bangunan yang besar banget. Namun, kamu tak bakal menyesal mengunjungi lokasi ini, terutama di malam hari.
Selain ongkos transportasi, catatan kecil yang telah saya buat mengenai harga makanan dan minuman di kedua daerah ini relatif murah dan cukup terjangkau. Tak perlu kocek banyak untuk menikmati kuliner khas, antara Rp.10 ribu – Rp. 15 ribu untuk sekali makan. Namun, butuh budget khusus buat kamu yang memang benar-benar ingin menikmati sesnsai kuliner khas di sana.
Tepat jam 10 malam, ojek tadi pun mengantarkan saya ke Terminal. Perjalanan tak terlupakan selama sehari sudah terlewati, Tuluangagung dan Kediri menjadi cerita indah yang terekam dalam memori. Bus ekonomi yang sesak pun melaju mengantarkan langkah ini menuju Braan, dan dilanjutkan dengan menumpang bus menuju Kota Jogja.