Kafe Jamban? Euuh, Kamu Mau Makan Disini? Ya foto-foto menggelitik sekaligus membuat beberapa orang merasa jijik setelah melihat konsep cafe jamban milik Dr Budi Laksono. Dalam akun tersebut terdapat beberapa gambar yang menunjukkan pengunjung cafe sedang menikmati hidangan.
[WARNING! STOP DI SINI: Sebaiknya Tidak Dibaca Saat Sedang Makan!]
Hidangan yang disajikan di Cafe Jamban ini sama seperti hidangan di cafe lainnya. Dalam beberapa gambar terlihat ada sop buah yang tersaji dan bakso. Namun, ternyata yang membuat kontroversi bukanlah hidangannya, melainkan cara penyajiannya.
Kuliner-kuliner di Cafe Jamban ini ternyata disajikan dengan kloset jongkok. Benar, yang menjadi nampan atau wadah kuliner-kuliner lezat ini bukan piring atau mangkuk pada umumnya, tapi berupa toilet jongkok yang kerap kita gunakan untuk buang air kecil dan buang air besar.
Kafe Jamban? Euuh, Kamu Mau Makan Disini?
“Dr Budi Laksono bikin cafe unik yaitu cafe jamban. Semua makanan dihidangkan di kloset. Anda mau coba sensasinya? #kickandy Jumat,1 Juli pkl 20.05 WIB”. Begitu isi pesan dalam status yang baru diupdate oleh admin Kick Andy Show.
Dalam dunia kuliner, Cafe Jamban ini bukanlah yang pertama. Di Taipei, Taiwan sudah lebih dahulu mendunia sebuah modern toilet cafe. Bukan hanya wadah dan interior cafenya saja yang bertemakan modern toilet namun juga kulinernya sengaja dibentuk seperti kotoran. Entah bagimana rasanya.
Namun bedanya, konsep modern toilet menggunakan kloset duduk. Sedangkan konsep Cafe Jamban di Indonesia menggunakan kloset jongkok. Kloset jongkok memang lebih populer di gunakan oleh masyarakat menengah ke bawah. Sedangkan kloset duduk pun sudah tersedia di berbagai fasilitas umum seperti mal. Namun dalam beberapa toilet umum kerap masih ada yang menyediakan dua kloset yang berbeda untuk memberikan pilihan pada penggunanya.
Respon Pro Kontra Netizen Terhadap Cafe Jamban
“Udah kebayang duluan seperti wc mampet ga manusiawi kalo menurut saya …itu tempat buang hajat bukan tempat makanan kalo anak balita di ajak makan di situ dan ketika pulang ke rumah melihat tempat makan nya ada di toilet dan membawa makanan nya ke toilet dan memasukan nya ke toilet apa yang terjadi ? balita dalam fase meniru apa yang dia lihat .. hati hati aja” tutur seorang netizen.
“Mending makan pake daun sbg pengganti piring Biar dibilang primitif juga gp2. Daripada harus makan ditempat yg seharusnya tidak utk tempat makanan.” komentar seorang netizen memberikan alternatif.
“kreatifitas bablas, seperti inilah cntohnya. mohon maaf.. seyogyanya jika Akhlak dan pemikiran di bangun dengan pondasi iman yg baik, ide ide sprti ini tak akan terpikir untuk dilakui.” komentar pedas seorang netizen.
“Bukan masalah itu steril dan bersih,, tapi sudah menjadi pandangan umum bahwa WC itu tempat orang buang air besar. Saya kurang respect dgn ini, mohon maaf. Ok saya balik bertanya kepada pemilik ide ini, seumpama anada bertamu ke rumah orang,, saat anda disuruh makan lalu piringnya,semua alat makan di lap dengan (maaf) celana dalam yag masih baru dan bersih,, lalu lap diatas meja diganti (sekali lagi maaf) celana dalam,, lalu celemek diganti(utk sekiankalinya maaf) celana dalam. Bagaimana perasaan anda???
Nb: (maaf) celana dalamnya bersih dan baru.. Bagaimana perasaan anda?” tambah seorang netizen.
Seperti dilansir dari detik (2/7), cafe tersebut ternyata bukan cafe pada umumnya melainkan pengunjung yang ingin datang harus reservasi terlebih dahulu mengingat kursi yang disediakan hanya cukup untuk menampung delapan orang saja. Dr. dr. Budi Laksono (52) menampik bahwa cafe yang didirikan bertujuan untuk kepentingan komersial. Cafe tersebut ternyata merupakan tempat diskusi tentang problem sanitasi di Indonesia yang dilakukan bersama relawan.
Meskipun banyak yang mengujat dengan ide Budi mendirikan Cafe Jamban, Budi tetap bergeming, karena menurutnya apa yang dilakukan memiliki tujuan untuk edukasi. Terlebih orang-orang yang datang ke Cafe Jamban miliknya merupakan orang-orang dari kalangan terdidik yang ingin berdiskusi tentang sanitasi.
Meskipun banyak cacian, hujatan dan petisi setelah Cafe Jambannya menjadi viral di dunia maya. Budi tak khawatir dan tak mau ambil pusing dengan komentar negatif dan reaksi yang berlebihan dari netizen. Budi merupakan seorang muslim dan paham betul bagaimana cara buang air yang mengikuti sunnah nabi juga tidak merugikan lingkungan. Itulah mengapa salah satu alasan dibangunnya Cafe Jamban Semarang ini demi untuk memberikan edukasi tentang sanitasi.
Bapak empat orang anak ini bahkan sudah mengunjungi Cafe Jamban serupa di berbagai negara seperti Jepang, Korea, dan Singapura. Budi bukan orang baru dalam sosialisasi pengadaan jamban sehat di Jawa Tengah. Total ada sekitar 173 ribu jamban yang sudah dibangun Budi bersama dengan yayasan Wahana Bakti Sejahteras Semarang di berbagai daerah.
Lulusan Queensland University of Technology Australia ini juga sudah malang melintang selama 15 tahun melakukan perhatian terhadap kondisi sanitasi di Indonesia. Ia melihat ada puluhan juta warga yang belum memiliki jamban di rumahnya masing-masing. Kondisi tersebut bahkan dijadikan sebagai bahan tesisnya saat merampungkan gelar masternya.
Alamat Cafe Jamban Semarang
Jalan Untung Suropati nomor 445, Ngaliyan, Semarang, Jawa Tengah
Modern Toilet Cafe di Taipei, Taiwan
Su